302 0

Pada pidatonya kali ini, Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA menekankan pentingnya Islam menghadirkan kemaslahatan umat dalam visi pengabdian sehari-hari.

Terkait hal tersebut, doktor filsafat Islam lulusan Universitas Ummul Quro Mekkah ini mengemukakan tiga hal penting. Tiga hal yang menyitir Al-Qur’an Surat An Nisa ayat 114, menurut Kiai Said adalah;

1. “Amara bishadaqatin”
Islam menyerukan komitmen warga muslim untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan.

Harakah Islamiyah (gerakan Islamiyyah) perlu difokuskan untuk menghadirkan kesejahteraan. Karena itu, pentingnya untuk menegakkan bangsa yang berdaulat. Kedaulatan politik, ekonomi dan kebudayaan memerlukan komitmen kedaulatan energi.

Rumusan dasar negara, padal 33 UUD 1945 mengingatkan kita tentang pentingnya energi sebagai modal untuk mensejahterakan rakyat. Intinya bukan pertumbuhan ekonomi yang dikejar, akan tetapi yang lebih penting adalah pemerataan kesejahteraan. Pada titik ini, kebijakan strategis pemerintah menjadi kuncinya.

2. “Aw Ma’rufin”

Kebaikan-kebaikan yang menghadirkan harapan. Islam menegaskan tentang pentingnya pengetahuan untuk membangun peradaban.

NU berkomitmen untuk terus menerus mengabdui dalam mencerdaskan bangsa dan menyehatkan warga. Dalam hal ini sudah berlangsung di berbagai penjuru negeri pendirian Universitas-universitas Nahdlatul Ulama, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Rumah Sakit yang menjadi bukti kongkrit kiprah NU.

Komitmen untuk menghadirkan kecerdasan, hanya dapat tercapai dengan jalan ketaqwaan. Revolusi mental bangsa hanya dapat digapai dengan moral dan keteladanan. Gerakan mencerdaskan otak, menyegarkan mental, dan menjernihkan hati, akan mendorong lahirnya individu yang shalih, sekaligus juga masyarakat yang shalih.

3. “Aw Ishlahin Bainannas”

“Menjadi jembatan Ishlah, rekonsiliasi antar masyarakat”

Islam mengajarkan pentingnya maslahah ‘Ammah, kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

NU telah membuktikan, dalam sejarah panjangnya, sebagai mediator dalam konflik-konflik kemanusiaan, maupun sengketa kebangsaan.

Pendiri NU dan para ulama NU selalu menjadi penengah dalam situasi konflik. KH. M. Hasyim As’y’ari menjadi pejuang sekaligus penengah di awal masa kemerdekaan bangsa ini. Beliau dengan ikhlas memberikan tongkat kepemimpinan negara kepada Soekarno, yang ia beri restu untuk mengawal NKRI. Kyai Wahab sebagai mediator dalam himpitan konomial, untuk memperjuangkan kepentingan warga negara Indonesia. Kyai Wahid Hasyim, menjadi jembatan aspirasi antar kelompok, dalam masa awal kemerdekaan Republik ini. Kyai-kyai lain juga berperan dengan tujuan yang sama, dalam ruang dan peran yang berbeda-beda.

Nahdlatul Ulama selalu berkomitmen untuk mengawal negara, agar tidak terpecah belah dalam kepentingan rasial, etnik maupun manuver-manuver politik kelompok tertentu. Dalam sejarah Nahdlatul Ulama menjelang satu abad ini, organisasi ini bergerak dalam bidang-bidang strategis yang menghadirkan kemaslahatan untuk umat.

http://www.pkbtv.com/

(Visited 138 times, 1 visits today)

Category:

Kabar NU