109 0

Kegiatan Istighotsah Kubro yang diselenggarakan Nahdlatul Ulama Jawa Timur menjadi ajang bagi keberpihakan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Penegasan tersebut sebagaimana disampaikan KH Marzuki Mustamar saat memberikan sambutan pada kegiatan yang diselenggarakan di Gelora Delta Sidoarjo, Ahad (28/10).

“Kita sama-sama tahu bahwa ulama, kiai dan santri yang punya andil besar bagi kemerdekaan Indonesia,” kata Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.

Di hadapan sekitar satu juta jamaah yang hadir, Kiai Marzuki menceritakan kiprah yang dilakukan para ulama dan kiai sebelum Indonesia ada. “Saat tentara belum ada, Pangeran Diponegoro melawan penjajah,” katanya.

Demikian pula sebelum Indonesia diproklamirkan, Hadratus Syaikh KH M Hasyim Asy’ari telah mendirikan pasukan yang terdiri dari para santri. Dan itu pula yang menyemangati Arek-arek Suroboyo sehingga meletuslah perang 10 Nopember 1945.

“Dengan demikian, Indonesia adalah warisan para kiai,” tegas Kiai Marzuki.

Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi para santri saat ini selain membela NKRI. “Kita wajib membela NKRI karena ini jasa para ulama,” ungkapnya. Menjaga negeri adalah menyelamatkan Indonesia, lanjutnya.

Di ujung sambutan, Kiai Marzuki berpesan kepada jamaah yang hadir untuk tetap bergabung dengan NU. “Jangan pernah keluar dari NU,” pintanya.

Sedangkan Mustasyar PBNU, KH Ma’ruf Amin mengajak jamaah untuk menyadari tantangan santri saat ini. “Dulu kita berhadapan dengan penjajah,” katanya.

Dan saat ini yang menjadi tantangan bagi santri zaman now adalah separatisme dan radikalisme.
“Separatisme adalah bughat,” kata Kiai Ma’ruf. Sedangkan gerakan radikal dan teror akan mengancam keberadaan NKRI, lanjutnya.

Bagi Kiai Ma’ruf Amin, hari santri yang telah ditetapkan pemerintah sebagai tantangan agar bisa membaca kitab mu’tabar. “Juga membaca huruf-huruf Allah yang termaktub dalam tatanan bangsa dan negara,” pungkasnya.

(Visited 94 times, 1 visits today)

Category:

Berita, Sang Pemimpin